Rabu, 09 Januari 2008

proposal penelitian

PROPOSAL PENELITIAN

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA

DALAM PROSES PEMBELAJARAN B. INGGRIS DI KELAS XA,

SMAN 104 JAKARTA TIMUR

DISUSUN OLEH:

Maria ulfah

(2005 4 1519002)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TEKNIK MATEMETIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FTMIPA)

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

JAKARTA

2007

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Tujuan dari suatu proses pembelajaran adalah untuk meningkatkan dan mencapai suatu peningkatan prestasi. Dalam suatu proses belajar mengajar, aspek yang sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah peran aktif atau partisipasi antara guru dan siswa. Partisipasi antara keduanya sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Hal ini dapat diartikan bahwa dalam suatu proses belajar mengajar harus ada keterlibatan antara guru dan siswa. Proses belajar itu sendiri merupakan hal yang sangat penting, dimana proses tersebut terjadi di dalam pemikiran siswa. Keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan suatu implementasi dari keaktifan siswa dalam proses tersebut tentu saja disamping menerima materi pelajaran dari guru. Siswa dapat berperan aktif dengan cara melakukan aktifitas yang dapat mendukung proses belajar diantaranya dengan cara berdiskusi,membaca dan memahami materi pelajaran, melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkan guru atau mencari sumber-sumber materi lain yang sekiranya dapat membantu mereka dalam memahami pelajaran dan lain-lain. Hal tersebut dapat membuat siswa dilibatkan dalm proses belajar mengajar baik secara fisik maupaun mental.

Suatu keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam pencapaian prestasi belajar siswa tersebut. Hal ini dapat disimpulakan bahwa semakin siswa terlibat dalam proses belajar mengajar, dalma maka semakin besar pula pencapaian prestasi belajar akan didapat oleh siswa. Hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai hal tersebut adalah tentu saja usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang dalam hal ini adalah proses pembelajaran sebagai dasar suatu aktivitas. Suatu kemjuan tidak akan dipeleh tanpa suatu usaha yang bermakna. Usaha benar-benar diperlukan dalam hal peningkatan prestasi belajar siswa. Dengan demikian maka penelitian ini merupakan “action research” yang bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas X SMA 104 Jakarta.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, pencapaian prestasi belajar siswa sangat ditentukan berdasarkan keterlibatan siswa tersebut dalam proses belajar mengajar. Fokus penelitian ini adalah dalam meningkatkan keterlibatan siswa dengan tujuan dapat meningkatkan prestasi belajar mereka. Dalam hal ini terdapat beberapa komponen yang menentukan terciptanya keterlibatan siswa di dalam proses belajar dan mengajar. Komponen-komponen tersebut adalah guru, siswa, materi pembelajaran, metode pembelajaran, waktu, tempat, dan fasilitas pembelajaran(media pembelajaran).

1. Guru

Dalam suatu proses belajar mengajar, seorang guru adalah suatu komponen yang menentukan proses belajar siswa. Guru merupakan pengatur kelas yang mempengaruhi keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Seorang guru sangat berpengaruh besar proses belajar dan perilaku siswa. Guru sebagai seorang guru dan pendidik memiliki dua aspek yang berasal dari dalam diri guru itu sendiri yang disebut kompetensi.

a. Kompetensi

(1) Kompetensi kognitif

Kompetensi kognitif guru adalah kemampuan guru dalam mengatur dam mengembangakn kemampuan berfikirnya mereka. Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan mereka dalam mengeuasai materi pelajaran, kemampuan untuk mengidentifikasi materi yang akan disampaiakan ke siswa, memilih dan mengaplikasikan metode pembelajaran yang sesuai dan kemampuan untuk menciptakan suatu pembelajaran secara kreatif..

(2) Kompetensi afektif

Kompetensi afektif guru dapat didefinisikan sebagai kemampuan mereka dalam melibatkan aspek kejiwaan dalm proses belajar mengajar. Aspek kejiwaan dalam hal ini merupakan factor psikologis seorang guru. Aspek ini meliputi kasih sayang, kesabaran, apresiasi, pengertian yang mereka berikan kepada siswa. Dalam memudahkan keterlibatan siswa di dalam proses belajar dan mengajar, aspek psikologis memberikan dampak yang berarti. Sisiwa tidak hanya dijadikan sebagai subjek pembelajaran dengan kemampuan fisik/raga mereka tetapi juga dengan memberikan kesempatan kepada mereka unutk menunjukannya dengan perasaan. Seorang guru yang mengajar dengan penuh perhatian, memahami, dan memberikan apresiasi kepada siswa akan membuat siswa merasa lebih dihargai dan dilibatkan. Hal ini akan memotivasi mereka untuk belajar. Berbeda dedengan guru yang cenderung otoriter, terlalua peneyepelana sisiwa dan tidak memperhatikan sisiwa akan membeuat sisiwa tidak nyaman untuk mengeikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu untuk menigkatkan keterlibatan sisiwa dalam berpatisipasi dalm proses pembelajran, kompetensi afetktif peting sekali untuk diterapakan oleh guru.

(3) Kompetensi psikomotorik

Kemampaun psikomorok didefinisikan sebgai kemampuan mereka dalam pergersksn sebagai hasil kerja pikirannya..Kompetensi sangat dibutuhkan dalam memudahkan keterlibatan sisiwa di dalam proses belajr mengajar. Pergerakan guru dalam melaksanakan prses pembeljaran secara tangkas dapt mendukung proses epmbelajran di kelas.

b. Kepribadian

Di dalm kegiatan pembelajaran, kepribadian seorang guru snagnt mempengaruhi kinerja penyampaian materi yang disampaikanya. Hal iibi snagat besar pengaruhnya terhaddap tujuana belajar sisiwa karena kepribadian seorang guru sangat erat kaitnnya hubunga antara guru dengan siswa yang besar pengaruhnya terhadap motivasi, kebiasaan, perilakau keseharian siswa dalam pembeljaran. Siswa cenderung mengikuti perilaku guru mereka sehingga hal ini dapat membuat siswa lebih menghargai dan menganggap mereka mereka layak untuk dijadikan panutan dan contoh.

Kepribadian meliputi motivasi guru, karakter, dan perilaku guru itu sendiri. Guru memiliki peranan yang penting di kelas, sebagai contoh cara berbicara di kelas ataupun perilakau dikelas selama proses belajar mengajar berlangsung. Seorang guru mempunyai pesan moral yang besar kepada sisiwa dalm menyampaiakn pesan-pesan moral yang terkandung dari setiap materi yang disampaikan.

Hubungan kepribadian seorang guru dengan motivasi mengajar menjadikan guru yang memiliki motivasi merasa memeilki tanggung jawab untuk menyampaikan materi pelajaran kepada sisiwanya sehingga dpat meningkatkan kemamapuan sisiwa. Hal ini menjadiakn kepuasaan tersendiri bagi guru itu sendiri meskipun mememrlukan banyak pemeikieran, waktu dan tenaga.

Karakter dan perilaku guru yang sesuai dengan apa yang diinginkan siswa dalam proses belajar mengajar akan memudahkan siswa dalam mewujudkan sukses tidaknya dalam belajar.seorang guru yang cenderung memiliki perwatakan yang keras, akan membuat sisiwa takut atau bahkan tidak mau megikuti pelajaran. Sebaliknya seorang guru yang mampua memiliki pendekatan yang baik dengan siswa dengan berperilaku ramah akan mampu membuat siswa lebih nyaman sehinga siswa dengan sendirinya akan lebih tertarik untuk mengikuti proses belajar mengajar.

2. Siswa

Faktor lain yang mempengaruhi terealisasinya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar adalah faktor dari dalam diri sisiwa itu sendiri. Sisiwa memeilki aspek kompetensi yang sam hal nya seperti seorang guru, yaitu kompetensi dan kepribadian.

a. Kompetensi

Kompetensi siswa dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu kompetensi kognitif, kompetensi afektif dan kompetensi psikomotorik. Kompetensi kognitif merupakan kemampuan berfikir siswa. Dalam hal ini kemampuan mereka dalam melakukan aktivitas pembelajaran yang membutuhkan kinerja pikiran atau mental mereka. Kompetensi ini sangat berpengaruh karena berperan terhadap kecerdasan, kreativitas, bakat khusus, cara belajar, teknik mereak belajar yang semua aspek tersebut sanagt besar pengaruhnya terhadap keterlibatan mereka dalm proses belajar dan mengajar di kelas.

Kompetensi afektif siswa mengarah kepada faktor psokologis siswa. Hal ini mempengaruhi perasaan jiwa mereka. Sebagai contoh, apabila seorang guru memberikan penghargaan jika mereka melalukan hal yang baik/benar maka mereka akan sangat merasa dihargai sehingga memunculkan keinginan untuk berperan aktif(terlibat) dalam proses pembelajaran. Sebalikny apabila seorang guru menilai merka dengfan pandangan yang negatif membuat sisiwa menjadi kurang termotivasi untuk belajr. Hal ini memberikan dampak yang besar terhadap aspek psikologis siswa untuk terlibat atau tidak dalam proses pembelajaran.

Kompentensi psikomotorik merupakan bagian yang awal yang dapat membantu atau menghambat siswa dalam proses belajar. Factor psikomotorik sisiwa membnatu mereka dalam kemampuan menulis, berbicara dan mengucapkan kata-kata sert artikulasinya, membuat garis, menggambar dan lain-lain. Kompetensi psikomotorik berperan penting dalam menciptakan keterlibatan siswa. Sebagai contoh, apabila seorang siswa kurang menguasai atau lincah dalam menggunakan aspek psikomotorik mereka dalm hal ini organ tubuh mereka, siswa tersebut cenderung tidak percaya diri, takut untuk memperliahatkan kemempuannya sehingga otomatis keterlibatanya dalm proses belajr mengajr menjadi kurang karena tidak adanya motivasi dalm diri mereka untuk belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang mampu menguasai aspek psikomotoriknya dengan baik akan lebih percaya diri dan bersemangat untuk mengikuti proses belajar dan secara otomatis keterlibatannya dalam proses belajr jadi lebih maksimal.

3. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran juga berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan siswa di kelas. Metode pembelajaran B. Inggris harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa dan disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Sebagai contoh, seoarang guru B. Inggris yang akan mengajarkan speaking akan lebih baik mengunakan metode audio-lingual dan komunikatif metode. Dengan metode tersebut, siswa akan lebih sering terlibat di dalam proses belajar mengajar karena mereka dituntut untuk berkomunikasi dan mendengarkan materi yang disampaikan guru mereka. Dengan demikian keterlibatan siswa jadi lebih maksimal. Siswa juga jadi termotivasi untuk belajar karena metode tersebut menuntut mereka untuk terlibat dalam proses pembelajran. Hal lain juga yang harus diperhatikan dalam metod penyampaian materi pelajaran adalah metode yang disampaiakan tidak harus kaku. Seorang guru harus luwes dalam menyampaikan materi, misalnya diselingi dengan humor atau contoh-contoh yang sesuai dengan keseharian siswa sehingga siswa tidak merasa bosan mengikuti pelajaran.

Metode pembelajaran harus disampaikan sesuai tingkat kemamauan, materi pelajaran, dan karakteristik sisiwa. Kesesuaian metode pembelajaran yang disampaikan sangat berperan denagn tingkat keterlibatan siswa di kelas. Setiap metode pemebelajaran memilki cara tersendiri untuk memudahkan keterlibatan siswa dalam PBM di kelas.

4. Materi pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan faktor lain yang mempengaruhi dan menentukan keterlibatan siswa pada proses belajar mengajar di kelas. Hal ini menyebabkan suatu ketertarikan siswa atau motivasi mereka dalam mengikuti pelajaran. Materi pelajaran yang baik akan memberikan ransangan yang baik pada proses belajar siswa sehingga mampu mendukung mereka dalam mencapai kompetensi yang mampu emningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka sesuai dengan yang diharapkan dari materi yang disampaikan oleh guru..

Tingkat kesulitan materi juga berpengaruh terhadap keterlibatan siswa. Pada prinsipnya, suatu materi pelajaran disampaikan dari materi yang memiliki tingkat kesulitan rendah menuju ke tingkat kesukitan yang lebih tinggi. Setiap siswa tentu saja memiki kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami materi sehingga guru harus lebih memperhatikan keterlibatan siswa. Siswa yang cenderung memiliki tingkat pemahaman yang kurang tidak akan langsung memahami materi yang disampaikan guru sehingga guru harus lebih sabar dan mendukung mereka. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatannya di dalam kelas selam amengikut proses belajar dan mengajar. Mereka akan lebih focus meskipun membutuhkan waktu lama untuk memahami materi tetapi mereka akan lebih nyaman dan percaya diri dalam ikut terlibat di dalam proses pembelajaran.

Muatan materi harus memadai dalam rangka mencapai kompetensi, tidak kurang dan tidak berlebihan. Keakuratan, dimaksudkan bahwa isi materi yang disajikan harus benar-benar secara keilmuan, mutakhir atau sesuai dengan perkembangan yang terbaru, bermanfaat bagi kehidupan, pengemasan materi sesuai dengan hakikat pengetahuan. Proposionalitas, dimaksudkan bahwa uraian materinya memenuhi keseimbangan kelengkapan, keseimbangan kedalaman dan seimbang antara materi pokok dengan materi pendukungnya.

Topik pembelajaran yang disajikan secara menarik akan berdampak terhadap keterlibatan sisiwa di kelas. Materi pelajaranyang disampaikan secara menarik akan memotivasi siwa untuk lebih terlibat dalam proses pembelajaran. Seorang guru yang baik juga harus memilikipemikiran yang terbuka dalam mebuat atu mencari eferansi yang up-to date tenatang meateri pembeljaran sehingga sesuai dengan tingakt pemahaman sisiwa. Dengan demikian daapt sisimpulakan materi pembelajran sangant berpaeran terhadapt tingkat keterlibatan sisiw adalam mengikuti proses belajar dan mengajar di kelas.

5. Tempat

Tempat dimana proses belajar dan mengajar berlangsung juga berpengaruh dam menentukan baik tidaknya proses tersebut. Jumlah siswa mempengaruhi layak tidaknya tempat yang digunakan. Kelas yang terlalu sempit akan menganggu kenyamanan siswa jika jumlah siswa tidak cukup untuk kelas tersebut sehingga pergerkan sisiwa tergangu sehingga menyulitkan keterlibatan mereka dalm proses belajar mengajar. Tetapi kelas yang terlalu luas juga tidak baik karena akan memudahkan siswa untuk bertindak bebas dan bisa membuat bebas bergerak kemana-mana..Dalam hal ini luas ruangan harus disesuaiakan dengan jumlah siswa sehingga dapat mendukung terlaksananya prose belajar mengajar siswa.

Kenyamanan suatu ruang pembelajaran juga berpengaruh terhadap keterlibatan siswa. Kelas yang nyaman membuat sisiwa nyaman dalam mengikuti pemebelajran sehingga mereka bersemanagt untuk ikut terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Ketertiban suasana kelas juga berpengaruh terhadap keterlibatan siswa di kelas. Ketenangan suatu kelas atau kegaduhan suatu kelas mempengaruhi tingkat keterlibatan siswa. Faktor penerangan juga mempengaruhi kenyaman suatu kelas untuk dijadikan tempat belajar. Kelas yang memiliki peneranagn yang cukup akan memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, misalnya ketika guru menulis di papan tulis atau menggunakan media, siswa kan mudah memahami tulisan atau media sehingga siswa akan mudah memahami materi. Sebaliknya jika kelas kurang memiliki penerangan yang cukup akan menghambat proses belajar mengajar di kelas sehingga keterlibatan sisiwa akan berkurang.

6. Waktu

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, waktu pelaksanaan PBM tersebut juga berperan penting dan mempengaruhi proses belajar siswa. Dengan demikian, penggunaan waktu yang tepat dapat memaksimalkan keterlibatan siswa dalam PBM. Waktu yang tepat untuk belajar bagi siswa adalah waktu dimana siswa merasa siap untuk belajar dan memiliki semangat yang kuat untuk mengikuti pelajaran. Proses pembelajaran yang dilaksanakan pada pagi hari cenderung berdampak baik pada motivasi dan semangat belajar siswa dibandingkan PBM yang dilaksanakan pada sore hari.

Keseimbanagan antara waktu pembelajaran dengan materi pelajaran pelajaran juga saling berpengaruh. Idealanya, materi pelajaran yang memilki tingkat kesukaran yang tingi harus disampaiakan dengan waktu yang lebih lama dibanddingkan materi yang lebih mudah. Hal ini dilakaukan agar terdapt keseimbanagan denan proses beljar sisiwa. Siswa jadi memiliki cukup waktu untuk memahami materi yang disamapaikan guru dan menjadikannya lebih banyak terlibat karena alokasi waktu yang disiapkan untuk proses pembelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. Penggunaan waktu yang sesuai dengan materi pelajaran adalah proses pembelajaran yang ideal yang akan menciptakan proses pembelajaran yang optimal sehingga hasil belajar yang optimal akan dicapai lebih baik.

7. Fasilitas

Fasilitas belajar dapat diartikan fasilitas fisik yang digunakan dalm proses belajr dan mengajar. Fasilitas tersebut digunakan dengan tujuan untuk membantu siswa memahami materi pelajaran yang disampaikan guru. Fasilitas belajar akan membantu siswa dalam meningkatkan motivasi dan semangat siswa dalam mengikuti PBM.

Fasilitas belajar meliputi media pembelajaran, perpustakaan, laboratorium bahasa. Setiap fasilitas membantu siswa dalam proses belajar. Faktor media pembelajaran sangat erat hubunganya dengan keterlibatan siswa di kelas. Media pembelajaran yang baik diguanakan untuk memudahkan siswa memahami materi pelajaran. Media pembelajaran bisa berupa media elektrinik dan non-elektronik. Media elektronik contohnya, OHP, tape recorder, televisi, radio dan dan lain-lain. Media non-elektronik diantaranya, gambar, koran, peta, poster, dan lain-lain. Dalam hal ini, media pembelajran yang sesuai akan lebih membantu gur dalam menyampaiakn materi dan sekaligus memudahkan sisiw adalm memahami materi pelajaran. penggunaan media yang menarik akan menarik ransangan sisiwa untuk terlibat lebih maksimal dalm proses belajr mengajar.

2. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada beberpa masalh yang berhubunagndengan keterlibatan siswa di dalam pembelajran Bahasa Inggris di kelas XA SMA 104 Jakarta yang dipeoleh berdasarkan observasi dan tanya jawab, diklasipikasikan dan dipilih melalui pemikiran bersama pihak-pihak yang terkait yang dalm hal ini diantara kelapa sekolah SMA 104 Jakarta, guru B. Inggris SMA 104 Jakarta kelas X, wali kelas kelas XA dam siswa-siwa kelas XA.

3. Perumusan Masalah

Apakah rencana, pelaksanaan, dan evaluasi dapat diselenggarakan berdasarkan hubungan masalah dengan keterlibatan siswa di dalam proses belajar mengajr B. Inggris kelasXA SMA 104 Jakarta yang diperoleh berdasarkan observasi dan tanya jawab, diklasifikasikan dan dipilih melalui pemikiran bersama pihak-pihak yang terkait yang dalam hal ini diantara Kepals Sekolah SMA 104 Jakarta, guru B. Inggris SMA 104 Jakarta kelas X, wali kelas kelas XA dan siswa-siwa kelas XA.

E. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini telah dijelaskan pada rencana, pelaksanaan, dan evaluasi dari usaha untuk meningkatakan keterlibatan siswa di dalam proses belajar mengajar B. Inggris kelasXA SMA 104 Jakarta.

F. Manfaat penelitian

a) Untuk guru B. Inggris kelas XA SMA 104 Jakarta, penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan keterlibatan siswa di dalam proses belajar mengajar B. Inggris di dalam upaya untuk meningkatkan prestasi siswa yang mempelajari B. Inggris.

b) Untuk guru bidang studi lain di SMA 104 Jakarta khususny atau guru di SMA lain umumnya, penelitian ini dapt digunakan sebagai contoh untuk meningkatkan keterlibatan siswa di dalam proses belajar mengajar

c) Untuk peneliti, penelitian ini dapat mengembangakan pemikiran dan pengetahuan dalam mengatasi masalah dan memberikan pengetahuan dan pengalaman yang bernilai di dalam penelitian tentang pendidikan.

BAB II

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

1. Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Asing

Di negara kita, Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang artinya Bahasa Inggris merupakan bahasa yang dapat digunakan dalam komunikasi dan dapat dipelajari di sekolah. Bahasa Inggris dapat disebut juga sebagai bahasa kedua, karena kita mempunyai bahasa negara dan bahasa Inggris merupakan bahasa lain yang masuk ke negara kita untuk dapat dipelajari di sekolah maupun lembaga pendidikan lainnya. Seperti yang di paparkan oleh Brown, bahwa:

English is a Second Language (ESL) and English is also a Foreign Language (EFL) can be defined as English within a culture where English is spoken natively (Brown, 2000: 193).

2. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris

Keterlibatan siswa adalah inti dari proses pembelajaran. Keterlibatan ini menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran tersebut. Siswa diharapkan berpartisipasi aktif di dalam kelas saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini adalah untuk memudahkan mereka dalam menguasai materi yang diberikan guru. Kualitas dan kuantitas keterlibatan siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup faktor fisik, motivasi, ketertarikan dalam belajar, dan kecerdasan (intelligence). Sedangkan faktor eksternal meliputi guru, materi, media, tempat, alokasi waktu, tempat, dan fasilitas.

Berikut adalh komponen pendukung keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris.

  1. Guru

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atu pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru sebagai tenaga profesional bertugas merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,melakukan penelitian, membantu pengembangan dan pengelolaan program sekolah serta mengembangkan profesionalitasnya (Depdiknas 2004: 8)

Guru adalah salah satu faktor penentu berhasil atau tidaknya proses pembelajaran bahasa Inggris. Dalam kelas yang ideal, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya dengan mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Tentunya seorang guru sebagai tenaga pengajar harus mempunyai kompetensi yang memadai untuk melaksanakan tugasnya. Berikut adalah empat kompetensi yang harus dimiliki olah seorang guru (UUGD dan PP No.19/2005).

  1. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

  1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik sebagai kemempuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

  1. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan penguasaanmateri pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

  1. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,orng tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

2. Siswa

Siswa merupakan komponen inti dalam proses pembelajaran. Siswa biasa disebut dengan peserta didik. Keterlibatan siswa sangatlah diperlukan dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Tidak hanya guru, siswa juga dituntut untuk memiliki kompetensi atau kemempuan yang mencakup kemampuan kognitif (pikiran), kemampuan psikomotor (keterampilan), dan kemampuan afektif (sikap).

Kepribadian siswa juga mempengaruhi keterlibatan dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Siswa dengan kepribadian yang baik akan sangat membantu dalam proses pembelajaran, sebaliknya siswa dengan kepribadian yang tidak baik (trouble maker) merupakan faktor penghambat keberhasilan proses belajar mengajar.

Seorang guru harus mengetahui karakteristik cara belajar siswanya. Berikut adalah karakteristik belajar siswa menurut DePorter & Hernacki (2001).

a. Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Asing

Dalam usaha untuk mempelajari bahasa asing, seseorang hendaknya sekurang-kurangnya harus berusaha keras untuk menguasainya yang di dalamnya termasuk penguasaan kebudayaan baru, cara berpikir yang baru, serta cara bertindak yang baru pula. Keterlibatan secara menyeluruh baik fisik, intelektual, maupun emosional sangat diperlukan agar dapat berhasil sepenuhnya di dalam mengungkapkan dan menerima pesan melalui media bahasa ke-2. (Rombepajung, 1988: 20)

Menurut Azies dan Alwasilah (1966:29) dalam buku meeka yang berjudul Pengajaran Bahasa Komunikatif menyatakan bahwa pembelajar akan belajar bahasa dengan baik bila ia diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam penggunaan bahasa sasaran secara komunikatif dalam berbagai macam aktifitas.

3. Materi pembelajaran

Materi pembelajaran memberikan pengaruh yang besar dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Materi juga berperan dalam meningkatkan keterlibatan siswa. Materi yang menarik bisa memacu siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, materi juga berpengaruh dalam pemilihan metode dan teknik mengajar yang dilakukan guru.

4. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran adalah salah satu komponen pendukung keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Metode pembelajaran yang tepat adalah meteode yang cocok dengan guru, siswa, dan materi.

5. Tempat

Kelas adalah tempat dimana proses pembelajaran dilakukan. Ukuran kelas yang luas dan penampilan kelas yang menarik akan memberikan suasana yang nyman untuk belajar. Penataan kelas juga mempengaruhi suasana belajar. Oleh karena itu, guru harus mampu mengelola kelas agar suasana kondusif dan nyaman saat proses pembelajaran berlangsung sehingga mendapatkan hasil yang terbaik.

C. Kerangka Berpikir

Sebagaimana dijelaskan dalam latar belakang masalah dan identifikasi masalah, keterlibatan adalah hal paling utama dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Semakin besar keterlibatan maka semakin cepat siswa menguasai materi dan pengembangan pribadi.

Komponen-kompomnen yang mempengaruhi keterlibatan adalah guru, siswa, materi, metode pembelajaran, tempat, waktu, dan fasilitas. Untuk meningkatkan keterlibatan siswa di SMA 104 Jakarta, peneliti dan tim kerja penelitian (kepala sekolah, guru bahasa Inggris, guru kelas) bekerjasama dalam penelitian ini. Langkah-langkah penelitiannya adalah mengidentifikasi masalah yang ada,perencanaan kegiatan (planning), pelaksanaan rencana kegiatan (imnplementasi), evaluasi, dan refleksi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini termasuk action research. Penelitian ini mencoba untuk meningkatkan keterlibatan siswa di dalam proses belajar mengajar di kelas XA SMA 104 Jakarta dengan mengembangkan satu bagian atau lebih dari komponen proses belajar mengajr B. Inggris menuju tahap perubahan.

A. Setting

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XA SMAN 104 Jakarta yang berlokasi di Wates Kulon Progo. Kelas XA terdiri dari 20 siswa putera dan 17 siswa puteri. Mata pelajaranB. Inggris dilaksanakan dua kali dalam satu minggu (4 jam pelajaran) dan setiap berduarasi 40 menit setiap per jam pelajaran.

Berdasarkan kondisi kelas XA, kemudian, peneliti menentukan bahwa kelas tersebut memerlukan beberapa peningkatan. Peneliti akan mencoba untuk meningkatkan keterlibatan siswa di kelas dengan meningkatkan satu atau lebig bagian dari komponen pembeljaran B. Inggris.

B. Subjek penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah peneliti, kepala sekolah, guru B.Inggris yang merupakan anggota dari kelompok penelitian ini. Semua anggota kelompok bekerjasam di dalm mengidentifikasi masalh, merencanakan apa yang harus dilakukan, melaksanakan tindakan untuk dapat meningkatkan keterlibatan siswa di dalam oproses belajar B. Inggris.

C. Data yang diperlukan

Data yang diperlukan dalm penelitian ini adalah tentang perasaan, pendapat, harapan, nasehat, hambatan yang berhubungan dengan keterlibatan siswa yang diperoleh berdasrkan observasi ketika proses belajr mengajr B. Inggris berlangsung dan melaui Tanya jawab dengan kepal sekolah dan guru serta wawancara dengan siswa kelas XA SMA 104 Jakarta.

D. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data, peneliti melakukan beberapa kegiatan. Data dikumpulkan melalui observasi tentang bagaimana proses belajar mengajar B. ingris kelas XA dan observasi tersebut difokuskan pada keterlibatan siswa. Peneliti juga memberikan Tanya jawab pada semua anggota tim peneliti dan sisiwa di kelas XA dalm hubungannya dengan keterlibatannya dan faktor-faktor yang brhubungan dengan proses belajr menagjar di kelas XA. Untuk menjadikan data tersebut valid maka peneliti melakukan triangulasi denagn anggota tim peneliti yang lain denagn membandingkan data berdasarkan hasil observasi dan data berdasarkan hasil tanay jawab dari anggota peneliti lainnya.

E. Prosedur penelitian

1. Reconnaissance

Pada tahap reconnaisance, peneliti melakukan observasi pada pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas XA, dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang harapan dan pendapat tentang keterlibatan siswa dari angota peneliti lainnya. Proses ini bertujuan untuk menentukan masah apa yang menjadi dasar utama yang berhubunagn denagn keterlibatan siswa.

1. Disamping melakukan observasi, peneliti juga bersama anggota tim, yaitu guru B. Inggris, kepala sekolah, bersama-sam mengidentifikasikan bidang masalah melalui Tanya jawab kepada kepala sekolah, guru mata pelajaran B. Inggris, dan siswa. Berdasarkan tingkat kesulitannya, peneliti mengkategorikan masalh menjadi berat, sedang dan rinagn. Peneliti beserta angota tim memilih kategori sedang sebagai bidang masalah. Kemudian, berdasarkan tingkat urgency, peneliti mengkategorikan masalh menjadi tiga kategori, yaitu sangat urgent, urgent dan tidak urgent. Setelah itu, peneliti mengambil kategori sangat urgent. Setelah memperoleh data snagat urgent, peneliti da anggota tim menentukan kelompok masalah dalm keterlibatan siswa yang sanagt urgent tetapi juga paling fisibel. Sehingga bisa dicari solusinya. Reconnaissance bertujuan untuk menentukan masalah yang berbobot sedang, berurgensi tinggi, dan paling fisibel untuk dicarikan solusi atau dikenai action.

2. Action

Pada tahap ini meliputi rencana, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi.

a. Rencana

Peneliti dan guru B. Inggris mengemukakan beberapa tindakan lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan siswa kelas XA SMA 104 Jakarta.

b. Pelaksanaan dan evaluasi

Tindakan ini disetujui oleh semua anggota peneliti dan dilaksanakan oleh guru B. Inggris kelas XA. Guru bertinadak sebagai pelaku dan peneliti sebagai pengamat .peneliti mengamati dan merekam semua reaksi dan keterlibatan siswa selama proses belajr mengajar berlangsung. Peneliti juga mencatat semua hal tenatng keterlibatan dan reaksi siwa. Berdasarkan observasi, peneliti dan anggota tim lainnya mendiskusikan tenatng perubahan-perubahan yang signifikandalm proses belajar mengajar. Ketika hasil pelkasaaan tersebut dipeoleh dan hasilnya adalah hasil yang positif maka proses tersebut akan dilanjutkan. Akan tetapi, jika hasil dari pelaksaan tersebut adalh negative, maka proses tersebut akan dihilangkan..

c. Refleksi

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada proses belajar mengajar B. Inggris di kelas XA khususnya menyangkut hubungan keterlibatan siswa diperoleh, peneliti dan guru B. Inggris mambuat analis dan sintesis/perpaduan hasil penelitian. Ketika tindakn tersebut dirasakn berhasil, kemudian hasil tersebut ditentukan sebagai suatu usaha yang mampu meningkatkan keterlibatan siswa. Akan tetapi, ketika tindakan tersebut disinyalir gagal, maka penelitian dihentikan dan dicoba kembali. Penelitian dihentikan ketika keterlibatan siswa dalm proses belajr mengajar B. Inggris disinyalir meningkat atau lebih baik dari semula.

Pembelajaran ”Cooperative Learning”
Alternatif Metode dalam KBK

MEMASUKI tahun kedua sosialisasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), banyak pihak yang sudah mulai terbiasa mendengar istilah KBK, walaupun maknanya belum dapat dipahami secara utuh. Meskipun uji coba KBK sudah mulai dilaksanakan di beberapa sekolah, sosialisasi KBK belum menyentuh semua lapisan yang terkait dengan proses pendidikan, termasuk guru apalagi mereka yang berada jauh di pelosok.

Kalaupun ada guru yang sudah dapat memaknai apa yang hendak dicapai dalam KBK, tapi pada umumnya masih ragu dan bertanya, bagaimanakah implementasi KBK di dalam kelas. Sampai saat ini sosialisasi operasional ke arah itu memang belum banyak dilaksanakan.

Kita tahu,bahwa dalam KBK itu guru hendaknya dapat mengubah sistem pembelajaran dari yang berorientasi pada guru menjadi pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Sebenarnya metode yang berorientasi pada siswa ini bukanlah sesuatu yang baru. Sejak tahun 1980 lalu diharapkan metode ini sudah diterapkan di lapangan, tapi entah mengapa dalam pelaksanaannya sulit sekali untuk melaksanakan hal tersebut.

Banyak faktor yang mungkin menjadi kendala keberhasilannya, antara lain guru menilai terlalu banyak materi yang harus dicapai dalam kurikulum dan mau tidak mau harus disampaikan kepada siswa sehingga siswa terpaksa "dicekoki" begitu saja, sementara peluang waktu dirasa relatif sempit, apalagi dimanfaatkan untuk sistem caturwulan. Sehingga, guru seakan dikejar target kurikulum yang harus dicapai, belum lagi dihadang oleh waktu libur dan hari-hari produktif.

Kendala lain mungkin datang dari faktor siswa, latar belakang sosial ekonomi dan sarana belajar yang kurang mendukung pada pelaksanaan metode pembelajaran siswa aktif.

Dalam pelaksanaan KBK nanti, bukan tidak mungkin akan banyak dijumpai berbagai kendala seperti di atas. Akan tetapi, kalau memang metode pembelajaran yang berorientasi pada siswa memang menjadi tuntutan mengingat adanya berbagai kompetensi yang harus dicapai siswa, sebanyak apa pun kendalanya secara bertahap guru tentu harus berusaha menuju ke arah itu.

Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam KBK nanti adalah metode cooperative learning. Metode ini biasa disebut juga metoda gorong royong. Sifat belajar cooperative learning tidak sama dengan belajar kelompok atau belajar bekerja sama biasa.

Dalam kerja kelompok guru biasanya memberi kelompok lalu memberikan tugas kelompok tanpa rancangan tertentu yang dapat membuat setiap siswa menjadi aktif. Akibatnya, siswa ada yang bekerja aktif tetapi ada juga yang pasif, ataupun bahkan ada yang main-main atau ngobrol.

Sementara itu, pembelajaran cooperative learning, setiap siswa dituntut untuk bekerja dalam kelompok melalui rancangan-rancangan tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru sehingga seluruh siswa haus bekerja aktif. Anita Lie (2002), dalam bukunya Cooperative Learning menyebutkan bahwa ada 5 unsur model pembelajaran cooperative learning, yaitu:

1. Adanya saling ketergantungan positif antara anggota kelompok.

2. Adanya tanggung jawab perseorangan. Artinya, setiap anggota kelompok harus melaksanakan tugasnya dengan baik untuk keberhasilan tugas kelompok.

3. Adanya tatap muka, setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.

4. Harus ada komunikasi antar anggota. Dalam hal ini siswa tentu harus dibekali dengan teknik berkomunikasi.

5. Adanya evaluasi proses kelompok, yang dijadwalkan dan dilaksanakan oleh guru.

Jika dikaji lebih jauh, cooperative learning sangat relevan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai KBK, apalagi kalau dikaitkan dengan berbagai life skill yang harus dikuasai siswa. Umpamanya, dalam kecakapan berpikir rasional (thingking king skill), siswa dituntut memiliki kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan serta kecakapan memecahkan masalah. Selain itu siswa pun dituntut untuk memiliki kecakapan sosial, termasuk kecakapan berkomunikasi dan bekerjasama. Di sinilah pentingnya peranan cooperative learning.

Dalam pelaksanaannya tentu harus mulai diperkenalkan sejak awal TK atau SD) dan berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini penting agar siswa sudah terbiasa belajar dengan teknik-teknik pembelajaran cooperative learning yang sangat beragam, seperti jigsaw, dua tinggal dua tamu, kancing gemerincing, dan sebagainya. Teknik-teknik ini dapat disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan dan dijenjang mana pembelajaran dilaksanakan.

Yang menjadi masalah adalah kesiapan dari para guru dalam menerapkan metode ini sebab mereka dituntut untuk membuat rancangan-rancangan yang akan mendukung keberhasilan penggunaan metode ini. Tanpa dibuat persiapan yang matang dan rancangan yang terarah, keberhasilannya tentu diragukan. Dalam sebuah penataran metode pembelajaran cooperative learning untuk para guru SMU, pada peserta yang pesimis terhadap efektivitas pelaksanaannya di kelas nanti mengingat berbagai kendala yang dihadapi, baik dari faktor murid, sarana, maupun faktor kebiasaan guru itu sendiri.

Tapi, pemateri mengatakan, jangan pesimis dulu, terima saja dulu, pahami, buat rancangan-rancangannya, lalu coba terapkan sedikit-sedikit, perlahan-lahan, sampai pada saatnya nanti semua dapat menerima dan melaksanakannya sesuai dengan yang diharapkan.

Melaksanakan sesuatu yang baru memang tidak mudah. Ada satu pengalaman, seorang rekan guru meminta makalah pembelajaran dalam KBK dari Diklat di Malang. Setelah dibaca, ia tidak dapat memahami bagaimana menerapkan teknik-teknik cooperative learning tersebut di kelas. Ini merupakan tantangan lain.

Sosialisasi metode pembelajaran ini perlu dengan demonstrasi, latihan langsung menerapkan teknik-teknik cooperative learning, termasuk membuat berbagai rancangannya karena melalui cara itulah sosialisasi metode ini akan jauh lebih mudah dapat dipahami.

Kepada para guru yang baru mengenal metode pembelajaran cooperative learning, perlu diberikan bimbingan langsung dalam pelaksanaan, misalnya melalui workshop yang diikuti para guru per bidang mata pelajaran sehingga contoh-contohnya diambil dari materi KBK mata pelajaran tersebut.


METODE INQUIRY

Metode ini menekankan pada penemuan dan pemecahan masalah secara berkelanjutan. Kelebihan metode ini mendorong siswa berpikir secara ilmiah, kreatif, intuitif dan bekerja atas dasar inisiatif sendiri, menumbuhkan sikap objektif, jujur dan terbuka. Kelemahannya memerlukan waktu yang cukup lama, tidak semua materi pelajaran mengandung masalah, memerlukan perencanaan yang teratur dan matang, dan tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif.

Macam-Macam Metode Pembelajaran


Metodolgi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.

Beberapa metode mengajar

1. Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.

Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :

a. Membuat siswa pasif
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :

a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)



2. Metode diskusi ( Discussion method )

Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :

a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :

a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :

a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)



3. Metode demontrasi ( Demonstration method )

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).


Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).

Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :

a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)

Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :

a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.
b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
c. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).

Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :

a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).



4. Metode ceramah plus

Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :

a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).

Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.

Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
1). Penyampaian materi oleh guru.
2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada siswa.

b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)

Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.

c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)

Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)



5. Metode resitasi ( Recitation method )
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri (http://re-searchengines.com/art05-65.html).

Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
a. Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)



6. Metode percobaan ( Experimental method )

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)

Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.

Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :

a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :

a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. (c) dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu. (e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum ada.

Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.

Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :

Kelebihan metode eksperimen : (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.

Kekurangan metode eksperimen :
(a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. (b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. (d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.

Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan .

Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah.




7. Metode Karya Wisata

Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.

Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
e. Biayanya cukup mahal.
f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjautempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85) , karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.

Menurut Roestiyah (2001:85) ,teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.

Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Persiapan, dimana guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim utusan, (b) Pelaksanaan karya wisata, dimana pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu, (c) Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya.

Karena itulah teknik karya wisata dapat disimpulkan memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka, (b) Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka, (c) dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek, (d) Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.

Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai berikut: Karya wisata biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin jarak tempat itu sangat jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan transportasi, dan hal itu pasti memerlukan biaya yang besar. Juga pasti menggunakan waktu yang lebih panjang daripada jam sekolah, maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi keamanan, kemampuan pihak siswa untuk menempuh jarak tersebut, perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku khusus di proyek ataupun hal-hal yang berbahaya.

Suhardjono (2004:85) mengungkapkan bahwa metode karya wisata (field-trip) memiliki keuntungan: (a) Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung, (b) Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya, (c) Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil, (d) membei kesempatan kepada peserta untuk melihat dimana peserta ditunjukkan kepada perkembangan teknologi mutakhir.

Sedangkan kekurangan metode Field Trip menurut Suhardjono (2004:85) adalah: (a) Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan, (b) Kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau kantor yang akan dikunjungi, (c) Biaya transportasi dan akomodasi mahal.

Menurut Djamarah (2002:105), pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour, dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang.

Metode karya wisata mempunyai beberapa kelebihan yaitu: (a) Karya wisata memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran, (b) Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat, (c) Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa, (d) Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.

Kekurangan metode karya wisata adalah: (a) Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah, (b) Sangat memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang, (c) memerlukan koordinasi dengan guru-guru bidang studi lain agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata, (d) dalam karya wisata sering unsure rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang unsure studinya menjadi terabaikan, (e) Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan.

Metode field trip atau karya wisata menurut Mulyasa (2005:112) merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Meskipun karya wisata memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan pengalaman tentang dunia luar.

Sebelum karya wisata digunakan dan dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Mulyasa (2005:112) adalah: (a) Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar, (b) Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah, (c) Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai-nilai paedagogis, (d) Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum, apakah sumber-sumber belajar dalam karyawisata menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum, jika ya, karya wisata dapat dilaksanakan, (e) membuat dan mengembangkan program karya wisata secara logis, dan sistematis, (f) Melaksanakan karya wisata sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, efek pembelajaran, serta iklim yang kondusif. (g) Menganalisis apakah tujuan karya wisata telah tercapai atau tidak, apakah terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan, memberikan surat ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu, membuat laporan karyawisata dan catatan untuk bahan karya wisata yang akan datang.




8. Metode latihan keterampilan ( Drill method )

Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.

Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :

a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :

a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme.




9. Metode mengajar beregu ( Team teaching method )

Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.




10. Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching method )

Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri




11. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )

Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.




12. Metode perancangan ( projeck method )

yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.

Kelebihan metode perancangan sebagai berikut :

a. Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
b. Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Kekurangan metode perancangan sebagai berikut :

a. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
b. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.
c. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
d. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.




13. Metode Bagian ( Teileren method )

yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.




14. Metode Global (Ganze method )

yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.




15. Metode Discovery

Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini: (a) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (d) Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan demikian diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan.

Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.

Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.

Suryosubroto (2002:193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.

Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan menurut Suryosubroto (2002:197) yang mengutip pendapat Gilstrap (1975) adalah: (a) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan, (b) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan, (d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan, (f) Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan, (g) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan, (h) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (i) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum, (j) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya, (l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan, (n) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul, (o) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana, (p) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar, (q) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alas an dan fakta, (r) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan, (t) Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.

Sedangkan langkah-langkah menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto (2002:199) adalah : (a) identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, (f) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, (h) Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, (l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.

Metode discovery memiliki kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto (2002:200) yaitu: (a) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu, (b) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer, (c) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan, (d) metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, (e) metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus, (f) Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan, (g) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya, (h) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisssisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.

Kelemahan metode discovery Suryosubroto (2002:2001) adalah: (a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain, (b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. (c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudahy biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional, (d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan, (e) dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada, (f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.

Metode Discovery menurut Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.

Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.

Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode discovery menurut Rohani(2004:39) yaitu: (a) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (b) Penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis, (c) Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, (d) Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi, (e) Aplikasi kesimpulan atau generalisasidalam situasi baru.

Metode Discovery menurut Roestiyah (2001:20) adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.

Pada metode discovery, situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan pembelajaran menggunakan metode discovery, maka cara mengajar melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

Penggunaan metode discovery ini guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga metode discovery menurut Roestiyah (2001:20) memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta panguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa, (b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi / individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut, (c) Dapat meningkatkan kegairahan belajar para siswa.

Metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar.

Cara mengajar dengan metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) menempuh langkah-langkah sebagai berikut: (a) Adanya masalah yang akan dipecahkan, (b) Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik, (c) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas, (d) harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan, (e) Sususnan kelas diatur sedemian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, (f) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data, (g) Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta informasi yang diperlukan peserta didik.

14. Metode Inquiry

Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234).

Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.

Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.

Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235).

Strategi pelaksanaan inquiry adalah: (1) Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan. (2) Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa. (3) Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik. (4) Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya. (5) Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).

Metode inquiry menurut Roestiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.

Guru menggunakan teknik bila mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa sedang melakukan inquiry.

Teknik inquiry ini memiliki keunggulan yaitu : (a) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik. (b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. (c) mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka. (d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri. (e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. (f) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan. (g) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. (h) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. (i) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional. (j) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Metode inquiry menurut Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inqury mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa
data, manarik kesimpulan dan lain sebagainya.